Tuesday, February 14, 2012

Ilmu Sosial Dasar


PEMERTAHANAN AGAMA HINDU BERBASIS TOLERANSI PADA JARINGAN SOSIAL

Peranan tautan gusti panjak dan siwa sisya dalam mempertahankan agama Hindu bukan hanya dalam hal memperkuat basis Hindu Bali tapi yang tak kalah penting adalah pengembangan sikap toleransu terhadap islam. Sikap toleransi merupakan hal yang penting di dalam mempertahankan dan mengembangkan Agama Hindu serta dalam menjaga kestabilan dalam social politik.
A.    Puri Mempraktikkan Toleransi
Salah satu puri yang mempraktikkan toleransi terlihat pada kisah Raja sampangan  (Bali), Yang di kenal dengan nama Dalem Ketut Ngelesir. Diceritakan pada abad ke-14 beliau menghadap ke Majapahit untuk menunjukkan penghargaan dan kepatuhan terhadap raja Hayam Wuruk konon sepulangnya dari Majapahit beliau di berikan anak buah sebanyak 40 orang yang disebut sebagai cikal bakal kampung Islam Gelgel, klungkung. Dua tokoh yang terkenal adalah Raden Modin dan Kyai Jalil, yang selanjutnya raden Modin menetap di Banjar Lebah dan kyai jalil di minta untuk membunuh banteng liar untuk mengenang jasanya Desa Saren berubah menjadi Desa Saren Jawa.
Sikap toleransi juga tercermin dari kisah dakwah islam pada masa kekuasaan raja Watu Renggong, ketika itu dating seorang pendakwah dari Mekkah ke Gelgel dengan tujuan mengislamkan Watu Renggong yang bernama Ki Moder. Secara bijaksana Watu Renggong bersedia masuk Islam dengan  syarat Ki Moder harus membersihkan bulu pada jari kaki Watu renggong namun ki Moder gagal. Hal ini menunjukan Ki Moder berkeinginan mengislamkan Gelgel dari atas atau dari Penguasa tertinggi yaitu raja namun hal ini gagal dan watu Renggong menolak secara halus dari persyaratan yang diajukan oleh Watu Renggong yaitu pertama memotong bulu jari kaki sebagai penutup persyaratan bagi orang islam yaitu sunat , kedua memotong bulu  kaki juga bermakna islamisasi dari bawah.
Selain Ki Moder ada banyak pendakwah lain yaitu Sunan Pararapen dari Giri namun ajakannya ditolak oleh watu renggong . Sultan Adlaudin beliau mengajak Di Made, raja gelgel untuk masuk islam namun di tolak juga. Hal ini menunjukan dkwah tidak hanya pada masa Watu Renggong dan tidak hanya di kerajaan Gelgel saja tapi di seluruh kerajaan yang ada di bali.
Kerajaan Buleleng pada masa raja Panji Sakti di hadiahi Gajah dan 3 orang pawing gajah yang kemudian tinggal di Banjar Jawa 2 orang dan di pantai lingga satu orang hingga kemudian di pindahkan ke Desa pegatepan dan Desa Pegayeman yang selanjutnya menjadi cikal bakal komunitas islam Desa Pegayeman.
Kerajaan
5.7..Toleransi karena nafkah berkomplementer
Nafkah berkomplementer dalam hal ini berarti bahwa masyarakat bali yang lebih cenderung ke pertaniannmembutuhkan para pedagang untuk melengkapi kebutuhan mereka baik pemasaran hasil pertanian maupun pemenuhan kebutuhan pokok yang mengakibatkan pedagang-pedagang dari luar bali berdatangan seperti pedagang Cina, Bugis, Demark yang nota bene menganut islam, selain berdagang mereka juga bertujuan untuk berdakwah atau mengislamkan Bali. Hal ini terbukti dengan berbagai pelabuhan di bali yang senantiasa memiliki kisah tersendiri dengan para pedakwah itu. Seperti pelabuhan yang terdapat di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Badung.
Salah satu pelabuhan yang menandai interaksi orang Bali dengan Orang islam bermula dari perdagangan yaitu pelabuhan Kota Bandung  atau yang di kenal dengan Tebanding yang terletak di wilayah Desa Pakraman Kubutambahan(kawista), Buleleng hal ini di perkuat dengan Tebanding yang terletak pada jalur perdagangan yaitu jalur Malaka, Jawa Tengah , Jawa Timur, Bali, Lombok Dan Sumbawa, ditambah lagi Bulelng terkenal dengan kain tenunnya ,ini mengakibatkan Tebanding menjadi Kota Pelabuhan yang sangat ramai. Sesuai dengan pedoman Tri Hita Karana , Tebanding juga memiliki Pura Pelabuhan atau Pabean dengan nama Pura Negara Gambur Anglayang. Uniknya di pura ini tidak hanya ada pelinggih untuk dewa dewi hindu, melainkan juga ada pelinggih yang dikaitkan dengan pedagang antara lain : Pelinggih Ratu Melayu yang di kaitkan dengan Pedagang dari Malaka, Pelinggih Sundawan yang di kaitkan dengan Pedagang Sunda, Pelinggih Subandar yang di kaitkan dengan Pedagang Cina dan Pelinggih Ratu Dalem Mekah yang di kaitkan dengan Para  Pedagang Demark.
Pelabuhan lain di Buleleng yakni Pelabuhan Labuhan Haji yang terletak di Desa Temukus. Di sini terdapat sebuah makam kuno seorang tokoh islam yang bernama Syekh Abdul Qodir Muhammad atau yang bergelar The Kwin Lie, makam ini terkenal dengan nama Keramat Karangupit, keberdaan tokoh islam ini di kaitkan dengan nama Labuhan Haji yang mengandung unsur islami yakni gelar Haji yang konon di milikimoleh Syekh Abdul Qodir Muhammad. Tokoh islam ini selain berdagang juga melakukan dakwah di kawasan Labuhan Haji. Nama Labuhan Haji juga di kaitkan dengan tempat orang Naik haji yang di koordinir oleh pelaut dari Bugis.
Masih banyak pelabuhan lain di daerah Buleleng yang  meiliki kaitan dengan toleransi orang Bali dengan Orang Islam.
Di Kabupaten Jembrana terdapat pelabuhan yakni Loloan atau Bandar Pancoran. Pada abad ke – 17 orang bugis yang melarikan diri dari makasar yang di kuasai VOC membuat pelabuahn ini ramai. Kedatangan orang bugis di sambut baik oleh raja Jembrana karena mereka berperan dalam menggerakkan Roda perdagangan.kemudian di lanjutkan dengan alkulturasi Bugis-melayu yang disebabkan oleh kedatangan masyarakat Melayu yang menetep dan menikah dengan wanita setempat. Untuk mempererat hubungan dan mengendalikan orang islam di Loloan raja mengijinkan membangun masjid. Hingga kini loloan menjadi komunitas islam yang terkenal di jembrana.
Di lanjutkan dengan kisah dari kerajaan Badung , konon pada abad ke-17 Orang bugis berlabuh di Pulau Serangan, raja badung menerima dan bahkan mengijinkan mereka mendirikan Masjid. Hal ini di karenakan mereka berperan dalam perdagangan dan kadang menjadi prajurit yang cukup tangguh di kerajaan Badung.
Hal ini menunjukan bahawa orang Bali menjalin Toleransi atas dasar saling melengkapi antara perdagangan dan pertanian , seperti tercermin pada Mitos Putri Dang hyang Niratha yang mengalami penyucian secara magis setelah di perkosa dan menjadi bhatari melanting(Dewi Melanting atau dewi perdagangan), yang kemudian di anggap sebagai bawahan dari Dewi Sri(Dewi Pertanian). Hal ini menunjukan Bali mengganggap Perdagangan sebagai nafkah pelengkap dan pertanian sebagai mata pencaharian utama.Penomor duaan Perdagangan di manfaatkan oleh orang cina untuk menguasai pelabuhan yang de kenal dengan nama syekh Bandar atau Subandar.
Berdasarkan Paparan di atas tempak Bahwa orang islam yang berkomplementer dengan orang bali  mengakibatkan tidak adanya perebutan nafkah tidak terjadi dan mereka hidup secara damai dan berdambingan.





No comments:

Post a Comment